May 21, 2014

Kepimpinan

"Rasulullah kembali dari gua Hira', menuju rumahnya dengan ketakutan yang menyelimuti hatinya. Dia menemui isterinya, Khadijah binti Khuwailid seraya berkata, 'Selimutilah aku, selimutilah aku.' Khadijah pun segera menyelimuti Rasulullah sehingga kegelisahan dan ketakutan yang ada pada diri Nabi hilang. Setelah itu, Rasulullah menceritakan kepada Khadijah apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan Rasulullah bersabda, 'Sungguh, aku khuatir atas diriku.' Khadijah menjawab, 'Tidak! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu dan menyengsarakanmu untuk selama-lamanya. Sesungguhnya engkau menyambung tali persaudaraan, membantu orang-orang lemah dan orang-orang yang memerlukan bantuan, menaungi orang-orang fakir, menjamu tetamu dengan baik, dan menolong orang ditimba musibah." (HR. al-Bukhari)

Barangkali jika ia berlaku pada zaman sekarang ini, "Abang ni kenapa? Buat tabiat ke apa?"

Nauzubillah.

Tidak pada Khadijah. Justeru, Khadijah menunjukkan kepada Rasulullah sifat-sifatnya yang mulia yang menjadikan dirinya seorang yang sangat ideal dan layak untuk menerima taklifan yakni wahyu sebagai utusan Allah.

Sesungguhnya engkau menyambung tali persaudaraan, membantu orang-orang lemah dan orang-orang yang memerlukan bantuan, menaungi orang-orang fakir, menjamu tetamu dengan baik, dan menolong orang ditimba musibah.

Pengaruh
Setiap pemimpin memerlukan kepada pengaruh. Jika tidak, apa lagi yang hendak dipimpin, bagaimana hendak menggerakkan visi jika tiada penggerak. Dalam hal ini, ada dua jenis pemimpin. Pertama, pengaruh yang diperoleh atas sukarela orang bawahan untuk berada dibawah pemimpin itu. Kedua, pemimpin yang menggunakan kuasa vetonya, kekayaannya untuk membeli pengaruh atau dengan erti kata lain memaksa orang lain untuk mengikutnya.

Rasulullah adalah orang yang suka membantu orang-orang lemah dan yang memerlukan pertolongan serta menaungi orang-orang fakir. Dua sifat ini adalah sifat yang harus dimiliki oleh orang yang ingin menjadi pemimpin bagi orang lain. Jika dua sifat ini sudah sebati dalam jiwanya, maka orang lain akan mudah terpikat dengannya, mereka akan segera mengabdi kepadanya, mereka akan rela bekerja hingga larut malam demi kebahagiaanya, mereka akan segera melakukan kebaikan demi dirinya, dan mereka tidak akan menyembunyikan sedikit pun kesungguhan demi kebahagiaan dirinya. Di samping itu, mereka akan turut berkongsi dalam menyelesaikan masalah yang ada.

Hubungan yang baik ini membuahkan cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah pertempuran yang diikuti oleh Zaid bin Datsnah r.a. Abu Sufyan, ketika dia belum masuk Islam dia berkata kepada Zaid bin Datsnah ketika dia pergi untuk berperang, "Wahai Zaid, apakah kamu suka jika Muhammad menduduki tempatmu pada saat ini, kami akan memukul tengkuknya, sedangkan kamu bersama dengan keluargamu di rumah?" Zaid bin Datsnah menjawab, "Demi Allah, aku tidak rela bila ada duri yang menancap di telapak kaki Nabi Muhammad, sedangkan aku berada di dalam rumah bersama keluargaku!!"

Kemudian Abu Sufyan berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang mencintai orang lain seperti cintanya para sahabat Muhammad kepada Muhammad."

Begitulah pengaruh Nabi Muhammad, yang diterapkan dengan akidah dan disampaikan dengan penuh kasih sayang dan berhikmah.

Namun, perjalanan tidak semudah itu. Dalam mendapatkan pengaruh, bukan sedikit mahar yang perlu dibayar oleh seseorang pemimpin itu. Pelbagai cabaran yang perlu ditempuh untuk membentuk pemimpin itu menjadi seorang yang mapan. Suka untuk aku petik kata-kata John C.Maxwell dalam bukunya The 360 degree Leadership,

"You may be able to grant someone  a position, but you cannot grant him real  leadership. Influence must be learned."

Dengan pangkat, ia langsung tidak menjamin pengaruh. Ianya perlu bermula dengan pengalaman. Pangkat hanya sebagai ujian atau peluang untuk menguji setakat mana pengaruh kita. Pemimpin yang bagus akan mempunyai pengaruh lebih luas daripada pangkat yang dia peroleh. Oleh itu, jangan sangkakan dengan pangkat yang kita peroleh dapat menjamin kita boleh mengatur segalanya. Kelak, amanah itu akan dicampak semula kepada kita, baru sedar tinggi langit rendah bumi.

Pengalaman
Dalam Islam kita diajar untuk melaksanakan amanah dengan penuh tanggungjawab. Jika itu kita dapat hayati sepenuhnya, InsyaAllah yang dikatakan pangkat itu sebagai peluang untuk kita meningkatkan bakat kita bakal kita peroleh. Ini kerana, bila kita sedar bahawa ia adalah amanah, kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Maka, dalam kesungguhan kita itu insyaAllah akan ada nilai tambah dalam diri kita.

Namun, lidah mudah menutur kata, tapi hati berat mengatur langkah. Pelbagai kerenah anak buah pimpinan kita yang bakal dihadapi, ada yang keras kepala, kuat rebel, pasif, aktif, manja, nakal, kuat main, kuat merajuk, sensitif, semangat, rajin beri idea dan hilang terus pun ada. Hakikatnya, mereka tak sebulu dengan kita. Itulah perkara pertama perlu dihadam oleh seseorang pemimpin itu. Namun. situasi inilah yang menjadi rencah dalam kehidupan, tanpa ragam manusia ini rasa kosong dunia ini.

Teringat kata-kata mentor aku, Dr Angela, ketua jabatan Tissue Engineering, 

"Once you decided to be a leader, in fact we all will be a leader, you have to contribute something. Eventhough Im busy to manage my staff, but once I commit to have a mentor group, I have to put my effort into it. But, if you want to contribute, you must have something to contribute, and thats where sacrifice needed," lebih kurang begitulah sesi mentor kami yang dilakukan pada pukul 6 petang.

Pengorbanan

Berkorban untuk cuba menyantuni hati manusia adalah pengalaman yang sangat berharga bagi seseorang pemimpin itu untuk memperoleh pengaruh. Pengaruh bukan untuk dibanggakan, tetapi untuk terus bergerak kehadapan. Mungkin itulah konklusi yang dapat aku buat.

Namun, hati keras ini, ditambah dengan ego yang angkuh, mampukah aku berkorban untuk menyantuni hati manusia yang 1001 macam ? Hal ini telah menggerakkan hati ini untuk singkap sejarah Nabi Muhammad yang lebih berganda-ganda cabaran yang dihadapinya. Rasa tidak layak untuk menggelarkan diri ini sebagai penerus rantai perjuangan jika sifatnya itu tidak dapat diterapkan dalam diri ini.

Rujukan yang digunakan kebanyakan adalah dari buku ini. Buku ni bukan buku motivasi, penulis buku ini menggunakan pelbagai kitab2 sebagai rujukan. MasyaAllah. 

Leaders are learners. 
Once you stop learning, then you stop leading.

About the Author

Muhammad Zuhair Masiran

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Post a Comment

 
ZUHAIR MASIRAN © 2015 - Blogger Templates Designed by Templateism.com